Naik kano
Mencari kerang
Bermain sekak bola
Bersantai di bawah pohon pandan
Bersantai di bawah pohon pandan
SETIAP saya diajak ayah ke rumah nenek di Jepara, saya selalu minta diantar ke Pantai Bandengan. Inilah pantai yang menurut saya cukup memesona, karena landai, berpasir putih, berair jernih, sehingga sangat bersahabat bagi siapa pun yang ingin bermain dan bersantai.
Kebetulan pantai ini tak begitu jauh dari rumah nenek di pusat Kota Jepara, yakni sekitar 7 km ke arah barat daya. Di pantai inilah, saya bersama kakak dan adik bisa bermain sepuasnya. Melantai menyusuri pantai dengan bertelanjang kaki, di atas pasir dan kerikil-kerikil kecil. Saya suka membantu adik saat ia membuat gunung-gunungan atau rumah-rumahan dari pasir. Jika sudah puas bermain pasir, saya menemai adik main ayunan atau slunturan yang memang disedikan oleh pengelola tempat wisata tersebut, atau duduk-duduk santai di bawah rimbunnya pohon pandan sambil menikmati jagung bakar, atau kerang rebus, dan menyaksikan tingkah polah pengunjung pantai yang sedang mandi di laut, naik perahu, naik becak air, atau berenang dengan menggunakan ban.
Bermain ke tempat ini adalah refreshing setelah hari-hari saya disibukkan dengan tugas-tugas sekolah, di Semarang.
Jumlah pengunjung lumayan banyak, terutama pada hari Minggu atau hari libur, yakni antara 500 - 1.000 pengunjung. Pada hari-hari besar, seperti puncak acara Syawalan, jumlah pengunjung bisa lebih banyak lagi.
Pantai yang diberi nama Pantai Tirta Samudra Bandengan inilah salah satu lokasi wisata pantai di Jepara yang banyak dikunjungi wisatawan, selain Pantai Kartini (sekitar tika kilometer arah Barat Kota Jepara), dan Benteng Portugis di Kecamatan Keling (45 km sebelah utara Kota Jepara), dan Kepulauan Karimunjawa.
Yang membedakan dengan pantai-pantai lainnya, selain hamparan pasir putih dan airnya yang masih jernih adalah rimbunnya pohon pandan berduri (warga setempat memberi nama 'trengseng'') di kawasan pantai Bandengan. Pohon ini, oleh pengelola lokasi wisata ini, memang sengaja dirawat untuk tetap tumbuh, hingga ada yang mencapai ketinggian tiga meter. Ada sekitar 16,5 ha lahan di kompleks lokasi wisata itu, yang sebagian besar dipenuhi dengan pohon pandan tersebut.
Di kawasan inilah, Pramuka sering memanfaatkannya sebagai tempat berkemah. Di sini pulalah, festival layang-layang digelar setiap tahunnya, dan muda-mudi sering memanfaatkan tempat ini untuk berpacaran di balik rimbunnya pohon pandan.
Oleh pengelola lokasi wisata, di lahan seluas itu dibangun jalan beraspal di seputar dan tengah kawasan tersebut, sehingga memberi akses bagi pengunjung untuk menembus dan mengitari kawasan tersebut dengan menggunakan motor ataupun mobilnya.
* * *
BAGI saya, bermain di Pantai Bandengan bagaikan menyusuri jejak RA Kartini, tokoh emansipasi wanita Indonesia, saat masih berusia remaja. Kartini dilahirkan dan dibesarkan di Jepara. Dalam catatan sejarah, pantai tersebut merupakan tempat yang menarik yang menjadi kenangan manis buat putri Bupati Jepara pada masa penjajahan Belanda dulu. Gadis yang lincah dengan pangilan Trinil ini semasa kecilnya sering sekali bermain ke pantai ini bersama bangsawan Hindia Belanda, yaitu Ny Ovink Soer (istri asisten residen) bersama suaminya. Pada saat liburan pertama menjelang kenaikan kelas, Ny Ovink mengajak RA Kartini beserta adik-adiknya, Roekmini dan Kardinah, untuk menikmati keindahan pantai tersebut. Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak yang menggapai kaki mereka.
Selain sebagai tempat bermain, Pantai Bandengan juga merupakan tempat yang pernah mengukir sejarah perjalanan cita-cita tokoh emansipasi wanita itu. Di pantai itulah, RA Kartini dan Mr Abendanon mengadakan pembicaraan empat mata yang berhubungan dengan permohonannya untuk belajar ke negeri Belanda, meskipun ahirnya secara resmi permohonannya kepada pemerintah Hindia Belanda ditarik kembali dan biaya yang sudah disediakan buat RA Kartini diberikan kepada pemuda berasal dari Sumatra, yaitu Agus Salim (KH Agus Salim).
Ya, Pantai Bandengan dengan airnya yang jernih dan berpasir putih ini memang bisa menggoda siapa saja untuk bermain ke sini. Banyak wisatawan yang datang ke objek ini sengaja untuk mandi di laut. Tak hanya orang tua dan remaja, tapi juga anak-anak. Kondisi pantai yang landai memungkinkan anak-anak tak takut menceburkan diri ke laut. Mereka dibantu orang tuanya, atau menggunakan ban dari tempat persewaan. Ada juga yang menyewa kano, yakni perahu dayung yang terbuat dari fiber glass. Bagi yang menyukai becak air juga ada persewaan. Sementara bagi mereka yang ingin merasakan naik perahu, terdapat 15 perahu wisata yanag siap mengantar mereka berputar-putar di sekitar pantai dengan tarif Rp 5.000, atau Rp 10,000 bagi mereka yang ingin diantarkan sampai ke Pulau Panjang (berjarak sekitar 10 km dari Pantai Bandengan, atau sekitar 30 menit perjalanan dengan perahu).
Penumpang diberi kesempatan turun di Pulau Panjang selama satu jam. Di pulau ini, pengunjung bisa menyaksikan berbagai flora dan fauna yang ada di sana, antara lain burung bangau yang jumlahnya sangat banyak. Di samping itu, di pulau ini terdapat pula mercu suar dan makam Syeikh Abu Bakar yang sering dikunjungi orang.
Biasanya, saat yang paling disukai pengunjung di Pantai Bandengan adalah waktu pagi hari dan di saat sore menjelang senja, di mana akan tampak panorama sunset yang memukau. Di pagi hari saya melihat para remaja pria bermain sepak bola di hamparan pasir putih, sementara pada sore hari terlihat ibu-ibu dan remaja putri bermain voli pantai.
Mereka yang sudah capai beraktivitas, di lokasi ini pula mereka dapat bersantai ria dan duduk-duduk di atas
shelter (paseban) sambil menikmati semilir angin pantai serta udara yang masih alami (tanpa polusi).
* * *
PENGUNJUNG pantai ini sebagian besar adalah warga Jepara dan dari daerah-daerah lain sekitarnya, seperti dari Kudus, Pati, Demak, Rembang, dan Semarang. Terkadang juga ada rombongan luar daerah, seperti dari Yogyakarta, dan dari Jawa Timur.
Di pantai ini juga saya sering melihat orang-orang asing. Rupaya mereka memang sengaja berlibur di Pantai Bandengan dengan menginap di Palm Beach Resort dan Sunset Beach Resort, dua tempat penginapan dan restoran yang berada di tepi Pantai Bandengan.
Harga tiket masuk ke lokasi wisata ini cukup terjangkau, yakni Rp 2000 pada hari Senin sampai dengan Jumat, Rp 2500 pada hari Sabtu dan Minggu, dan Rp 5000 manakala ada pertunjukan. Sementara itu, tarif parkir motor Rp 1000, Rp 2.500 untuk mobil, Rp 5.000 untuk bus mini, dan Rp 10.000 untuk bus dan truk.
Pada hari minggu sering diadakan pertunjukan, baik pertunjukan musik ataupun grup kesenian tradional, seperti kuda lumping. Dalam hal ini, Dinas Pariwisata sebagai penaggungjawab pengelola lokasi wisata ini, bekerja sama dengan sebuah
event organizer (EO) atau beberapa EO.
Event organizer yang sering mendukung acara-acara itu, antara lain Chah Kene, Cram Kreatif, Chah Pros, dan Steril.
Objek wisata ini dapat dijangkau dengan mudah oleh kendaraan umum, sebab sudah tersedia prasarana jalan yang sudah beraspal dan sudah ada angkutan kota yang langsung menuju lokasi objek wisata tersebut. Bagi pengunjung yang datang dari arah Semarang bisa naik bus dari Terminal Terboyo Semarang menuju Terminal Jepara, dengan ongkos Rp 11.000. Dari Terminal Jepara, pengunjung dapat naik angkota ke jurusan Pantai Bandengan dengan biaya Rp 4.000.
Pengunjung tak perlu khawatir kelaparan saat berkunjung di Pantai Bandengan. Di kompleks lokasi wisata tersebut terdapat sekitar 15 warung makan, dengan menu makanan khas, antara lain kerang rebus, rajungan, ikan bakar, serta pindang srani.
Bagi wisatawan dari luar kota ataupun wisatawan asing juga tak perlu khawatir menganai penginapan. Di samping dua resort di tepi pantai tersebut, ada juga beberapa hotel, meski tempatnya di pusat kota, antara lain Hotel Kalingga di Jl Dr Soetomo, Hotel Kencana di Jl Pemuda, Hotel Elim di Jl Dr Soetomo, dan Hotel Segoro di Jl HOS Cokroaminoto.
Dalam memberikan rasa aman bagi pengunjung, pengelola telah membentuk tim keamanan, termasuk tim SAR guna mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan. Tim SAR ini juga melibatkan sebagian besar pemilik perahu wisata. Salah satu hal yang mendapat perhatian bagian keamanan adalah memantau aktivitas pengunjung di laut, baik yang sedang mandi, naik kano mapun yang naik perahu. Bagi yang sedang mandi diingatkan untuk tidak melebihi batas yang telah ditentukan, begitu pula yang sedang naik kano. Di laut dibangun angkruk (semacam gubuk, dibuat dari bambu) yang digunakan oleh anggota tim SAR dalam memantau pengunjung. Mereka mengingatkan pengunjung dengan menggunakan megaphone, manakala ada pengunjung yang mandi melebihi patas yang ditentukan.
Penanggungjawab keamanan Pantai Bandengan, Hadi Purwanto, mengemukakan, setelah dibentuk tim keamanan itu, maka pada 2008 ini keresahan bisa ditekan dan keamanan pengunjung lebih terjamin.
Menurut saya, objek wisata ini masih bisa dikembangkan lagi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengelola Pantai Bandengan, H Djarwono, sebenarnya pemerintah kabupaten sudah ada keinginan untuk mengembangkan tempat wisata yang mempunyai lahan luas ini. Antara lain akan dibangun lapangan golf, serta tempat penginapan. Namun rencana itu hingga saat ini masih terkendala oleh ketersediaan dana. ''Sudah pernah ditawarkan kepada pihak swasta/investor, namun hingga kini belum ada yang berminat,'' katanya. (Ima Nirmala Yanti, M Ali)