Senin, September 01, 2008

Pasanan Anak Pulau



GURU BAHASA: Kepala MA Safinatul Huda Kemujan Karimunjawa Hisyam Zamroni (kedua dari kanan) bersama dua guru Bahasa Inggris dari Austria, Phillip (kanan) dan Sara, serta Jemima CH Enny dari Dejavato di Dermaga Pantai Kartini, Jepara, Senin (1/9). (SM/Muhammadun Sanomae)



Memperdalam Bahasa Arab-Inggris

LAZIMNYA, para santri menghabiskan sebagian besar bulan Puasa untuk mengaji. Mereka yang terbiasa dengan telaah kitab-kitab kuning karya ulama klasik, akan terus memperdalam wawasan, bahkan juga pengamalan ajaran keislaman.
Para santri sepuh lebih sering menjadikan Ramadan sebagai wahana berlatih menenangkan jiwa, dengan sejenak mengurangi segala kepenatan kesibukan duniawi. Ponpes, asrama, surau, sekolahan, juga masjid bisa menjadi tempatnya. Namun di Ponpes Safinatul Huda (Bahtera Petunjuk) di Pulau Kemujan Kecamatan Karimunjawa, Ramadan tahun ini menggelar kegiatan yang sama sekali berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Selama tiga pekan sejak Selasa (2/9) ini, para santri akan bergelut dengan dua bahasa asing, Arab dan Inggris.
Pembelajaran bahasa Arab menghadirkan para guru-guru andal lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, juga para santri senior lulusan ponpes di Madura. Pembelajaran bahasa Arab memberi bekal kepada santri untuk memperdalam kitab-kitab agama.
Namun untuk bahasa Inggris selama Ramadan ini akan digembleng oleh dua guru asal Austria, yakni Phillip dan Sara yang masing-masing berusia 21 tahun. ''Selama tiga pekan saya akan ada di Safinatul Huda. Pasti akan sangat menyenangkan,'' kata Phillip bersama Sara saat bertolak ke Karimunjawa bersama Kepala MA Safinatul Huda Hisyam Zamroni di Dermaga Pantai Kartini, Jepara, Senin (1/9).
Phillip dan Sara adalah sukarelawan dari Dejavato Foundation, sebuah LSM binaan CCIVS, lembaga di bawah UNESCO (badan di PBB yang menangani anak dan pendidikan). ''Sebenarnya saya akan ada di Safinatul Huda sampai enam bulan, namun pada Ramadan ini cukup tiga pekan lalu libur. Setelah Lebaran saya kembali lagi,'' timpal Sara.
Keduanya adalah mahasiswa Universitas Vienna, Austria. Jika Phillip di Fakultas Hukum, maka Sara di Fakultas Farmasi.
Meski belum pernah menginjakkan kaki di Karimunjawa, namun keduanya tak awam dengan kepulauan yang kaya akan wisata bahari itu. ''Saya tahu lewat internet,'' kata Phillip yang ibunya asli Malang, sedangkan ayahnya dari Austria.
Namun hingga kini ia belum bisa berbahasa Indonesia karena sejak kecil dibesarkan di negara di lembah Pegunungan Alpen itu.

Kegiatan Sosial
Jemima Ch Enny dari Departemen Hubungan Publik Dejavato Foundation mengungkapkan, LSM-nya bukan kali pertama ke Karimunjawa karena pernah menggelar kegiatan sosial. Pada pertengahan Agustus lalu, dua sukarelawan yang dikirim ke Safinatul Huda itu juga terlibat dalam kegiatan pelestarian budaya di Prambanan.
Hisyam Zamroni menyatakan, peserta pasanan di Safinatul Huda itu melibatkan 102 siswa madrasah aliyah (MA), 160 siswa madrasah tsanawiyah (MTs), serta 46 santri di ponpes. Ponpes Safinatul Huda berdiri sejak 2004 bersamaan dengan MA, sedangkan MTs berdiri tiga tahun lebih awal.
Sejak 2006, Safinatul Huda telah memiliki laboratorium bahasa, sehingga pendalaman bahasa asing ini akan banyak terbantu. ''Kami juga akan melibatkan guru serta masyarakat sekitar untuk bergabung dalam kegiatan ini,'' ujar Hisyam yang tahun 2007 meraih penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan untuk Anak Pesisir dari Menegpora Adyaksa Dault itu.
Pendalaman bahasa asing itu akan menjadi kampanye sadar pendidikan di pulau itu, sekaligus menyiapkan generasi remaja untuk pembangunan kawasan wisata yang siap menerima wisatawan mancanegara. Sejak berdiri Safinatul Huda, santri dan anak didiknya juga telah mengembangkan keterampilan berwirausaha, seperti budi daya rumput lalu, pembuatan kerajinan dari tempurung kelapa, serta penyablonan. (Muhammadun Sanomae)

Sumber info: Suara Merdeka, Selasa, 2 September 2008