Jumat, April 18, 2008

Meneruskan Spirit Pembebasan dari Jepara

Sumber: Suara Merdeka, April 2008


TANGGAL 21 April merupakan tanggal yang memiliki makna sangat mendalam bagi kaum wanita. Bagaimana perjuangan RA Kartini untuk menyetarakan gender dengan kaum laki-laki. Sosok bernama RA Kartini sebagai seorang putri bangsa Indonesia adalah pencerah dan kebanggaan bagi bangsa ini. Perjuangan RA Kartini juga tersirat dalam kegiatan perempuan di Kabupaten Jepara. Wartawan Suara Merdeka Budi Cahyono melaporkan dalam beberapa tulisan.


Tulisan 1

Meneruskan Spirit Pembebasan dari Jepara

ADA tiga tokoh perempuan yang mewarnai sejarah kehidupan masyarakat Jepara, yaitu Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan Raden Ajeng (RA) Kartini. Ketiga tokoh ini telah memainkan peran yang sangat penting pada zamannya. Ratu Shima, menurut dua catatan berita China yang ditulis Ch'iu T'ang Shu dan Hsin T'ang Shu pada jaman dinasti T'ang (618-906 M) diberitakan bahwa pada tahun 674 M di Jawa Tengah terdapat kerajaan Holing atau Kalinga (sekarang Kecamatan Keling) yang diperintah Ratu Shima atau Ratu Hsi-mo. Menurut catatan, Ratu Shima memimpin pemerintahannya dengan sangat baik, keras dan adil sehingga tingkat kesejahteraan rakyatnya sangat tinggi. Ia menerapkan hukum yang sangat adil termasuk kepada putera mahkotanya yang ketahuan menginjak pundi-pundi emas yang dipasang di jalan untuk menguji kejujuran rakyatnya. Oleh Ratu Shima putera mahkota tersebut dijatuhi hukuman potong jari-jari kakinya meskipun para menteri telah memohon ampunan atas kesalahan putera mahkota. Kejadian ini menunjukkan bahwa hukum betul-betul ditegakkan dengan baik dan adil hingga ada kepatuhan rakyat dan penguasa terhadap hukum yang berlaku.
Ratu Kalinyamat yang dinobatkan sebagai penguasa Jepara pada 10 April 1549 merupakan tokoh yang anti kolonial. Ia pernah dua kali membantu Kerajaan Malaka untuk menyerang Portugis yang menduduki Malaka. Meskipun kedua serangan ini tidak mampu mengusir Portugis dari Malaka, pengaruhnya terhadap percaturan politik dan perdagangan waktu itu sangat besar. Portugis tidak berani lagi menduduki Pulau Jawa. Karena keberanian Ratu Kalinyamat ini, oleh orang-orang barat ia dijuluki sebagai Rainha de Jepara Senora Pade Rosa de Rica (Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya)
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara menjadi pusat perdagangan dan Bandar Pelabuhan utama di pantai utara Jawa. Ia juga berhasil memajukan perekonomian rakyat dengan mengembangkan kerajinan ukiran yang merupakan penggabungan antara motif China dengan Majapahit. Bukti ini dapat kita lihat di ornamen Masjid Mantingan, satu komplek dengan makan beliau dan suaminya Sultan Hadlirin. Karena ketokohan ini pula, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara telah mengusulkan kepada Departemen Sosial agar Ratu Kalinyamat diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
RA Kartini barangkali tidak hanya menjadi milik Indonesia tetapi juga dunia. Perjuangan RA Kartini menuntut persamaan derajat antara pria dengan wanita tidak hanya mendobrak kultur feodalis dan paternalistik, tetapi telah mengilhami perempuan-perempuan dunia ketiga dalam melawan diskriminasi terhadap perempuan. RA Kartini "memberontak" atas dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam sebuah tradisi yang mengejawantahkan perempuan pada posisi sub-ordinat bagi laki-laki. Namun karena begitu kokohnya faktor sosial budaya dan feodalisme yang membelenggu RA Kartini, akhirnya ia menjadi korban dari sistem nilai tersebut. Itu disadari betul oleh RA Kartini dalam salah satu suratnya yang mengatakan "Kami akan menggoyahkan gedung feodalisme itu dengan segala tenaga yang ada pada kami. Dan andaikan hanya ada satu potong batu yang jatuh, kami akan menganggap hidup kami tidak akan sia-sia".
Melihat sejarah perjuangan ketiga tokoh tersebut, masyarakat Indonesia khususnya Jepara mempunyai tugas yang sangat berat untuk meneruskan cita-cita dan perjuangan mereka dari berbagai sisi kehidupan. Selain meneruskan perjuangannya, tugas berat tersebut menurut Ketua Komisi C DPRD Jepara, Nurul Aini adalah kewajiban untuk meluruskan pandangan atas tafsir sejarah Ratu Kalinyamat. Sebagaimana diketahui, untuk kepentingan kolonial, penjajah telah menciptakan stigma negatif atas laku tetirah Ratu Kalinyamat yaitu Lukar Busana Sinjang Rambut di Hutan Donorojo. Padahal sejatinya istilah lukar busana sinjang rambut ini memiliki makna simbolik yaitu meninggalkan kesenangan dunia dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta. Bukan dalam arti menjalankan laku bugil dengan rambut terurai.
Terkait dengan upaya meneruskan perjuangan ketiga tokoh tersebut, pada tataran sekarang ini diakui Nurul Aini, bahwa perempuan di Jepara sudah menunjukkan peran yang sangat stategis di berbagai sektor pembangunan, namun harus diakui pula bahwa masih banyak terdapat kekuranggannya. Sebagai contoh, implementasi ketentuan keterwakilan perempuan dalam parlemen yang menyaratkan minimal 30 persen belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh perempuan di Jepara. Terbukti dari 45 anggota DPRD Jepara, hanya ada 5 orang perempuan yang menjadi anggota DPRD.
Oleh karena itu ia berharap kepada perempuan di Jepara untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Caranya perempuan harus proaktif memanfaatkan peluang yang ada dan meningkatkankan keterlibatannya dalam partai politik. "Peluang sudah dibuka pemerintah, tinggal bagaimana perempuan mampu menjemput peluang tersebut", katanya.
Senada dengan Nurul Aini, anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa DPRD Jepara, Dra Hj Cholilah Mawardi memandang ketentuan keterwakilan perempuan sebesar 30% di parleman merupakan sebuah kemajuan dalam pengarusutamaan gender.Tetapi menurutnya, sebagai hal baru ketentuan ini belum dapat diimplementasikan sepenuhnya di lapangan mengingat perempuan masih memiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia (SDM). Untuk itu ia berharap agar partai politik terus melakukan pembinaan dan pendidikan kepada kader-kader perempuannya agar siap menerima estafet tersebut.
Menurut Ketua Forum Kajian Jender (FKJ) PMII Cabang Jepara, Ismawati, tugas berat yang diemban Jepara dalam meneruskan perjuangan tiga tokoh tersebut harus diawali dengan membangun kesetaraan gender. Diakuinya bahwa kesetaraan gender sekarang ini sudah dirasakan di berbagai sektor utamanya sector public. Namun untuk ranah domestik di rumah tangga menurutnya masih memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Demikian halnya dalan hal keterwakilan perempuan sebesar 30% juga diakuinya berangsur-angsur menunjukkan suatu kemajuan, hanya belum semua partai politik di Jepara mampu mengimplementasikan kebijakan ini. Bahkan menurutnya ada salah satu partai politik yang belum memiliki keinginan mengimplementasikan ketentuan ini dalam waktu dekat.
Partisipasi perempuan di sektor informal juga dipandang Suryani (28), seorang staf perusahan furnitur juga semakin baik. Dalam hal pekerjaan, penerapan pengupahan dan jam kerja serta hak-hak pekerja lainnya tidak ada diskriminasi antara laki-laki dengan perempuan. Menurut perempuan yang berasal dari Medan tersebut berbagai hak pekerja kadang kala tidak diberikan secara maksimal sesuai ketentuan ketenagakerjaan lebih karena kondisi perusahaan yang akhir-akhir ini membaik. Misalnya, hak cuti tahunan, cuti hamil, cuti haid, dan jamsostek yang sekarang ini semakin dikurangi oleh sebagian perusahaan. Tetapi menurutnya ini bersifat kasuistis.
Proses Panjang
Terkait dengan upaya meneruskan sejarah perjuangan tiga tokoh tersebut, menurut Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan, Pemuda dan Olahraga Setda Jepara, Ina Nuroriyah, MSi merupakan sebuah proses yang panjang. Sebagaimana perjuangan RA Kartini sampai kemajuan yang diperoleh hasil seperti sekarang ini adalah memerlukan proses menuju ke lebih baik.
Sebagai contoh dalam hal keterlibatan perempuan di birokrasi di Jepara, dahulu hampir semua jabatan penting dipegang lelaki. Namun seiring dengan kemajuan dan peningkatan kualitas sumber daya perempuan, sekarang di Jepara jabatan-jabatan penting sudah banyak di pegang oleh perempuan. Contohnya, ada 20 perempuan yang menduduki jabatan eselon III di Pemkab Jepara, 125 kepala sekolah perempuan, 8 kepala desa dan lain-lain. Ia optimis, ke depan banyak perempuan Jepara yang berhasil menduduki jabatan-jabatan penting baik di birokrasi maupun di bidang politik.
Namun, menurut Ina, berbagai kemajuan yang berhasil diraih perempuan Jepara bukan merupakan tujuan akhir. Ia merupakn hasil sebuah proses. Yang lebih penting menurutnya adalah terus menjaga dan melestarikan semangat dan spirit perjuangan ketiga tokoh tersebut. Tanpa semangat itu, kita akan selalu tertinggal oleh kemajuan zaman. Dan bukti untukmengharumkan nama RA Kartini, tempat-tempat strategis diberi nama Kartini, seprti Museum RA Kartini, Stadion Gelora Bumi Kartini, RSUD Kartini, majalah, radio, dan obyek wisata Pantai Kartini.


Tulisan 2:

Bupati Jepara :Tingkatkan Spektrum Pewarisan

KELAHIRAN sosok bernama RA Kartini sebagai seorang putri bangsa Indonesia adalah pencerah dan kebanggaan bagi bangsa ini. RA Kartini tidak hanya lahir ke dunia dengan pemikiran dan gagasan perjuangan semata, tetapi diaktualisasikan dalam praktek usaha pengentasan kaum perempuan dari adat istiadat yang membelenggu kemajuan. Bahkan lebih dari itu, Kartini juga berjuang untuk kemajuan masyarakat secara umum, termasuk dalam bidang ekonomi dengan cara "training" kepada para perajin. Dialah yang mengenalkan karya pribumi ke mancanegara. Tak hanya itu RA Kartini juga telah merubah orientasi seni ukir dari hanya untuk seni ke arah industri.
Jarak selama 129 tahun sejak RA Kartini dilahirkan adalah rentang panjang sebuah perjalanan waktu. Rentang waktu ini memungkinkan pewarisan nilai-nilai perjuangannya semakin menipis. Jika pada zamannya Kartini telah hadir dengan pemikiran yang jauh melampaui batas-batas dimensi waktu, maka diperlukan upaya untuk mempertahankan semangat dan nilai perjuangan itu.
"Kapan dan dimanapun, kita harus senantiasa meningkatkan spektrum pewarisan nilai-nilai perjuangan Beliau. Ibarat listrik, kita harus selalu memasang travo baru agar voltasenya selalu sama antara sumber listrik sampai pada titik terjauh," demikian Bupati Jepara Drs Hendro Martojo MM mengibaratkan.
Sampai kapanpun rentang waktu memisahkan RA Kartini dengan generasi berikutnya, bagi Hendro Martojo, semangat RA Kartini tidak boleh menipis. Maka, sebagai pewaris RA Kartini masyarakat diharapkan selalu mengaktualisasikan semangat itu dari sisi apapun. "Entah itu dari peranan dan pemberdayaan perempuan, kelembagaan, ketrampilan, maupun intelektualitas dan kompetensinya," lanjut Hendro.
Pemkab Jepara sendiri, menurutnya, senantiasa memberikan ruang yang memungkinkan perjalanan kiprah perempuan di Jepara ibarat melewati jalan tol. "Jadi tidak ada hambatan sedikit pun. Bahkan kita selalu memotivasi agar kiprah kaum perempuan selalu meningkat," katanya. Dalam penataan struktur organisasi, tugas pokok, dan fungsi di jajaran Pemerintah Kabupaten Jepara terdapat Bagian Pemberdayaan Perempuan, Pemuda, dan Olahraga di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKDP) Sekretariat Daerah. Ini merupakan upaya untuk lebih mengedepankan pelaksanaan program kerja dari sisi perempuan. "Ini kado bagi perempuan Jepara pada peringatan HUT Kartini ke-129," tambah Hendro.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) di Jepara, pemberdayaan perempuan tertuang dalam pelaksanaan program tahunan, diantaranya, peningkatan kepemimpinan wanita; peningkatan pendidikan dan ketrampilan perempuan, perbaikan pangan dan gizi, perlindungan perempuan dan anak, serta peningkatan dan organisasi antara lembaga dan organissi perempuan.
Merunut RPJM tersebut, dalam APBD Kabupaten Jepara tahun 2008 telah diprogramkan sejumlah kegiatan. Kegiatan Pemberdayaan Politik Perempuan, diarahkan untuk mengkader perempuan di bidang politik sehingga diharapkan akan muncul kader politik perempuan baru yang kapabel. Sebagai upaya peningkatan peran publik perempuan di tengah-tengah masyarakat, terdapat kegiatan Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan Gender. Pada akhirnya, ini akan mendukung program pembangunan PemkabJepara yang dilakukan bersama masyarakat dengan perimbangan gender.
Sejumlah organisasi perempuan juga terus dibantu pemerintah. Berikutnya dilakukan pembinaan masyarakat melalui kerjasama dengan organisasi wanita. Pada tahun yang sama, dilakukan program penanganan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap anak dan perempuan.
"Khusus dalam rangka penanganan KDRT, Jepara telah memiliki rumah aman," ujar bupati yang kemudian melanjutkan, "Lewat anggaran daerah, juga dibentuk tim advokasi dalam pendampingan korban KDRT." Di Jepara, selama tahun 2007 terdapat sekitar 40 kasus KDRT. Sedangkan pada tahun ini sudah ada lima kasus tentang ini.
"Namun segala dorongan itu pada akhirnya kembali ke kaum perempuan sendiri. Mereka mau memanfaatkannya atau tidak," tegas Bupati. Pemberdayaan perempuan dan tidak adanya bias gender dalam sistem yang dibangun di Pemkab Jepara, bisa dilihat dari jenjang karir Pegawai Negeri Sipil (PNS) di daerah tersebut. "Intinya, untuk meningkatkan spektrum pewarisan nilai perjuangan RA Kartini, segala perubahan untuk kemajuan perempuan harus selalu kita dorong karena itu memang perlu," imbuhnya.
Meski demikian, Hendro menggariskan, bukan berarti perubahan itu lalu meninggalkan akar budaya dalam kiprah perempuan itu sendiri, baik dari sisi fisik, agama, budaya, kesehatan, maupun adat istiadat.
"Apa mungkin dengan alasan gender lalu perempuan tak mau melahirkan anak." candanya. Bagaimanapun, dalam kemajuan suatu bangsa ada rambu-rambu dan koridor yang harus diperhatikan. "Jangan sampai karena kariernya tinggi lalu meninggalkan keluarga," tandasnya.
"Bagi sebagian bangsa barat, seorang bayi yang baru lahir bisa saja dititipkan pengasuhannya pada orang lain," kata Hendro lagi. Tapi hal itu tentu tak mungkin dilakukan bangsa Indonesia, apalagi jika dikaitkan dengan kepentingan tumbuh kembang anak.
Tak hanya bagi perempuan
Bagi Hendro Martojo, RA Kartini tak hanya berjuang untuk meningkatkan derajat kaum perempuan. "Emansipasi hanyalah sasaran antara untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa bumi putera. Sebab melalui ibu yang cerdas dan berbudi pekerti luhur akan dapat lahir generasi yang lebih baik" kata Hendro Martojo. Karena itu ia memberikan apresiasi dan penghargaan kepada parempuan Jepara yang tak hanya memperhatikan fungsi domestiknya sebagai ibu rumah tangga, tetapi telah ambil bagian dalam pembangunan masyarakat disekitarnya, termasuk kader-kader PKK di pelosok desa yang berjuang tanpa kenal lelah.
Namun ia mengingatkan, hendaknya dalam berafktivitas di ranah publik, perempuan Jepara seharusnya tetap memberikan perhatian yang seimbang di fungsi domestiknya, sebagai ibu rumah tangga. Sebab bisa menjadi tanpa makna keberhasilan di domain publik tanpa diimbangi keberhasilan di domain domestik. Format peran yang berimbang ini menjadi bagian dari perjuangan RA Kartini.


Tulisan 3

Bertumpu Pada Peran Kader

KETIKA terjadi perubahan kekuasaan di negeri ini, upaya pemberdayaan kaum perempuan terutama di tingkat bawah nyaris di tinggalkan. PKK dinilai tidak lagi relevan dalam laju pembangunan bangsa. Padahal jika kita mau jujur PKK dapat berfungsi sebagai agen perubahan serta membantu program-program pemerintah.
Beruntung keadaan ini tidak terjadi di Jepara. PKK yang memiliki basis hingga ke tingkat bawah justru semakin diberdayakan untuk turut aktif dalam pembangunan daerah. Melalui program yang dijabarkan dalam kegiatan 10 program pokok PKK mampu mewujudkan peran aktif perempuan dan upaya pemberdayaan kaum perempuan. Melalui kelompok kerja (pokja-pokja) yang terbentuk perempuan terlibat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga atau masyarakat.
Seperti yang terjadi di Kelurahan Demaan, Kecamatan Jepara misalnya, kelompok dasa wisma yang merupakan kelompok terkecil kader PKK yang terdiri dari 10 rumah tangga menjadi ujung tombak bagi pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) di wilayah tersebut justru ujung tombaknya berada pada kaum perempuan yang tergabung dalam kelompok dasa wisma yang berperan sebagai juru pemantau jentik.
Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Ny Endang Hendro Martojo, program pembangunan yang dijalankan pemerintah sangat berjalan efektif berkat bantuan kader-kader perempuan yang tergabung dalam berbagai organisasi bukan hanya PKK saja. Selain PKK masih ada organisasi wanita yang turut membantu program-program pemerintah, seperti kelompok pengajian, Fatayat, Muslimat, Asyiah, Dharma Wanita, Bhayangkari, dan sebagainya. Namun peran kader PKK memang sangat menonjol.
Kegiatan pelaksanaan 10 program PKK yang dijabarkan dalam pokja-pokja tersebut cukup efektif membantu program pemerintah seperti di bidang kesehatan. "Posyandu balita dan lansia yang saat ini sedang digalakkan pemerintah dalam upaya menuju Indonesia sehat 2010 juga tidak lepas dari peran perempuan melalui PKK " katanya.
Berdasarkan data yang tercatat hingga akhir 2007 setidaknya terdapat 21.950 kader umum dan 17.555 kader khusus dengan jumlah kelompok 1.017 kelompok PKK RW, 4.468 kelompok PKK RT, dan 13.430 kelompok Dasa Wisma.
Kegiatan PKK berpengaruh positif bagi upaya pemberdayaan ekonomi perempuan. Pembekalan keterampilan untuk kader PKK dan perempuan Jepara bertujuan untuk mengangkat derajat kaum wanita agar bisa mandiri dan tidak tergantung suami. Kader PKK dibekali keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan bersama dengan kelompoknya. "Melalui kelompok mereka mengembangkan potensi yang dimiliki, kebanyakan dibidang kerajinan, seperti membuat kerudung, makanan kecil, dan usaha rumah tangga lainnya melalui usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS). Melalui program ini selain dapat memberdayakan kaum perempuan, mereka yang terlibat dapat pula membantu ekonomi keluarga" papar istri Bupati Hendro Martojo ini.
Upaya lain seperti yang terlihat dalam upaya pemberantasan buta huruf melalui program Keaksaraan Fungsional (KF) di Desa Blingoh, Kecamatan Keling semua penggeraknya adalah kaum perempuan. "Dari perempuan untuk perempuan", ujar Hariati tutor KF Desa Blingoh. Ia bersama kader PKK lainnya hampir setiap sore memberikan pelayanan baca tulis untuk para perempuan buta aksara di desanya. Selain mengajari baca tulis peserta dibekali ketrampilan agar dapat dimanfaatkan untuk membantu ekonomi keluarganya.
Usaha simpan pinjam juga dilakukan kader PKK untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan kaum perempuan. Setidaknya ada yang peduli dengan keberadaan perempuan baik, mereka yang kekurangan modal dapat teratasi melalui program simpan pinjam Tempat Pelayan Koperasi (TPK) wanita. "Dari modal awal Rp 1,5 juta dalam satu tahun berkembang menjadi Rp 5,3 juta," ujar Tinsyiah Ketua TPK wanita yang merupakan kader PKK Desa Ngasem, Kecamatan Batealit.
Sekilas terlihat upaya ini terbukti mampu membantu kesulitan perempuan dalam mengatasi persoalannya sendiri terutama terkait dengan akses mereka yang lemah ke perbankan. Perempuan telah menunjukkan jati dirinya bahwa mereka dapat mandiri dan tak selamanya bergantung suami.
Panti Ketrampilan
Singkat, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan perjalanan hidup RA Kartini. Dua puluh lima tahun terasa belum cukup untuk memaknai sebuah kehidupan seorang RA Kartini. Namun sosok pemikir yang melampui masanya tersebut telah menjadi inspirasi kaum perempuan dalam memberdayakan dirinya.
Memang pemikiran Kartini tentang pengarusutamaan gender diakui Ny Hendro Martojo menjadi inspirasi kaum wanita Jepara untuk terus maju. Sepak terjang serta kiprah RA Kartini dalam mengangkat derajat kaumnya terutama melalui bekal keterampilan yang diberikan menggugah kaum perempuan Jepara untuk melakukan hal yang sama. "Jika RA Kartini berani berbuat, kenapa kita tidak sedang fasilitas dan kesempatan untuk itu sangat terbuka lebar," ujarnya.
Disadari untuk mencapai itu semua tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan kerjasama dan sinergitas terutama dalam mencapai visi pengarusutamaan gender. Untuk itulah maka tak heran jika ia pun menggandeng sejumlah dinas atau instansi di lingkungan Pemkab untuk bersatu memajukan kaum perempuan. Sebanyak 10 instansi daerah telah digandengannya diantaranya Disnakerdukcapil, Dinas Indagkop, dan Dinas P dan K.
Melalui kerjasama yang terbentuk inilah kemudian diwujudkan dalam sebuah pendirian panti keterampilan yang ditujukan bagi para remaja, tak hanya perempuan. Panti yang bergerak dalam bidang keterampilan ini selian membekali life skill juga pembinaan bagi peningkatan kesejahteraan dan ekonomi keluarga. "Semua masyarakat di beri kesempatan terutama perempuan namun tidak menutup kemungkinan kaum laki-laki, gender kan bukan hanya perempuan saja," tegasnya.
Mereka akan dibekali ketrampilan untuk dapat berwirausaha sendiri. Menumbuhkan jiwa entrepreneur menjadi tujuan agar peserta nantinya dapat membuka usaha mandiri. Panti ini diasuh oleh Dra Dian Sekar Tanjung, dimana para peserta tergabung dalam beberapa angkatan. Terdapat beberapa alternatif pilihan bagi para peserta mulai dari keterampilan menjahit, rias wajah, potong rambut, dan rias kecantikan. "Setelah kita dorong mereka kini banyak yang telah membuka usaha sendiri," papar ibu empat anak ini.
Ia pun memaparkan upaya memberdayakan perempuan di Jepara telah mencapai keberhasilan tidak hanya pada kecakapan hidup namun juga pola pikir serta perilaku masyarakatnya. Angka buta huruf di Jepara mengalami penurunan setelah Jepara berhasil meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ke arah peningkatan kelompok belajar usaha (KBU) serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti penting gizi dan kesehatan keluarga. "Ini semua motor penggeraknya adalah kader-kader wanita, penerus perjuangan RA Kartini," katanya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya adalah Ibu Nur Amalina, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka adalah banyak scammers dan pemberi pinjaman pinjaman palsu di internet. Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana Tuhan menolong saya dengan mengarahkan saya kepada pemberi pinjaman asli, setelah itu saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang kemudian menyebut saya sebagai pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Mrs. Charity meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 750 juta rupiah Indonesia (Rp750.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan dan hanya dengan suku bunga 2% saja.

Saya sangat terkejut saat memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya ajarkan dikirim langsung ke akun saya tanpa penundaan. Karena saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, silakan hubungi dia melalui email: (charitywhitefinancialfirm@gmail.com) dan dengan rahmat Tuhan dia tidak akan mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda memenuhi persyaratannya.

Anda juga bisa menghubungi saya di email saya: (nuramalinasofiyani05@gmail.com) Akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya yang saya kirim langsung ke rekening bulanan. Itulah alasan Tuhan Yang Mahakuasa akan selalu memberkatinya.